Penulis: Christhoper Natanael Raja
TVRINews, Batam
Siapa sangka, sebuah kedai kopi kecil di Pulau Belakang Padang yang hanya berisi tiga hingga empat meja pada awalnya, kini berkembang menjadi jaringan usaha dengan enam cabang di Kepulauan Riau.
Di balik kesuksesan ini, berdiri sosok sederhana bernama Bun Hiong, dahulu akrab disapa "Amin" yang kemudian berkembang menjadi “Ameng” oleh warga sekitar, karena pelafalannya.
Kisah kedai kopi yang dikenal dengan nama 'Kopi Ameng" ini dimulai pada tahun 1980.
Saat itu, Ameng baru merantau dari kampung halamannya di Tembilahan, Indragiri Hilir.
“Saya datang ke sini sendiri, awalnya kerja jaga toko sembako,” kata Ameng ketika ditemui oleh tvrinews.com, Selasa, 17 Juni 2025.
Namun, nasib sempat tidak berpihak. Kebakaran hebat melanda toko tempatnya bekerja, membuatnya sempat menganggur.
Hingga akhirnya, Ameng memutuskan membuka kedai kopi kecil-kecilan.
Dengan modal dua kilogram kopi dan beberapa kaleng susu, ia mulai merintis usahanya yang kini dikenal luas. Pertumbuhan usaha ini tidak terjadi dalam semalam.
“Perlu waktu hampir 20 tahun baru bisa berkembang, yang penting menjaga kualitas rasa agar pelanggan kembali. Mereka datang lagi, bahkan ajak teman-temannya," ucap Ameng.
Tahun 2002 menjadi titik balik. Kopi Ameng merambah Batam, membuka cabang-cabang baru yang dikelola langsung oleh anak-anaknya.
Kini, sudah ada lima cabang di Batam, ditambah satu cabang utama di Belakang Padang.
"Anak saya enam, semua pegang cabangnya masing-masing,” ucap Ameng.
Kopi Ameng juga tumbuh bersama pelaku usaha kuliner lain. Banyak penjual makanan yang menjajakan dagangan mereka di area kedai, menciptakan sinergi yang saling menguntungkan.
“Kalau minuman omzet-nya sendiri, makanan dari mereka. Tapi pengelolaannya beda,” ucap Ameng.
Meski sudah cukup mapan di wilayah Kepulauan Riau, Ameng belum berniat ekspansi ke luar daerah.
"Ada yang tanya-tanya soal buka di luar Kepri, tapi belum serius. Mungkin nanti, paling cepat ke daerah Prences,” tutur Ameng sambil menyebut estimasi modal awal sekitar Rp200 juta.
Kisah Ameng bukan sekadar tentang membuka kedai kopi.
Ini adalah perjalanan panjang seorang perantau yang membangun dari nol, berjuang lewat kesabaran, kualitas, dan ketekunan.
Kini, aroma kopi dari Pulau Belakang Padang telah menjadi bagian dari budaya ngopi masyarakat Kepri.
Editor: Redaktur TVRINews